0 komentar

SENI PATUNG

Seni patung adalah cabang seni rupa yang hasil karyanya berwujud tiga dimensi. Biasanya diciptakan dengan cara memahat, modeling (misalnya dengan bahan tanah liat) atau kasting (dengan cetakan).


Seni Patung di Asia
Berbagai macam jenis patung terdapat di banyak wilayah yang berbeda di Asia, biasanya dipengaruhi oleh agama Hindu dan Buddha. Sejumlah besar patung Hindu di Kamboja dijaga kelestariannya di Angkor, akan tetapi penjarahan terorganisir yang terjadi berdampak besar pada banyak situs peninggalan di negara itu. Lihat juga Angkor Wat. Di Thailand, kebanyakan patung dikhususkan pada bentuk Buddha. Di Indonesia, patung-patung yang dipengaruhi agama Hindu banyak ditemui di situs Candi Prambanan dan berbagai tempat di pulau Bali. Sedangkan pengaruh agama Buddha ditemui di situs Candi Borobudur.
Di India, karya patung pertama kali ditemukan di peradaban Lembah Indus (3300-1700) SM. Ini adalah salah satu contoh awal karya patung di dunia. Kemudian, setelah Hinduisme, Buddhisme dan Jainisme berkembang lebih jauh, India menciptakan patung-patung tembaga serta pahatan batu dengan tingkat kerumitan yang besar, seperti yang terdapat pada hiasan-hiasan kuil Hindu, Jain dan Buddha.
Artifak-artifak yang ditemukan di Republik Rakyat Cina berasal dari sekitar tahun 10.000 SM. Kebanyakan karya patung Tiongkok yang dipajang di museum berasal dari beberapa periode sejarah, Dinasti Zhou (1066-221 SM) menghasilkan bermacam-macam jenis bejana perunggu cetak dengan hiasan yang rumit. Dinasti Qin (221-206 SM) yang terkenal dengan patung barisan tentara yang dibuat dari terracota. Dinasti Han (206 SM - 220AD) dengan patung-patung figur yang mengesankan kekuatan. Patung Buddha pertama ditemui pada periode Tiga Kerajaan (abad ketiga). Yang dianggap sebagai zaman keemasan Tiongkok adalah periode Dinasti Tang, pada saat perang saudara, patung-patung figur dekoratif dibuat dalam jumlah banyak dan diekspor untuk dana peperangan. Kemudian setelah akhir Dinasti Ming (akhir abad 17) hampir tidak ada patung yang dikoleksi museum, lebih banyak berupa perhiasan, batu mulia, atau gerabah--dan pada abad 20 yang gegap gempita sama sekali tidak ada karya yang dikenali sebagai karya patung, meskipun saat itu terdapat sekolah patung yang bercorak sosial realis pengaruh Soviet di awal dekade rezim komunis, dan pada pergantian abad, para pengrajin Tiongkok mulai mendominasi genre karya patung komersial (patung figur miniatur, mainan dsb) dan seniman garda depan Tiongkok mulai berpartisipasi dalam seni kontemporer Eropa Amerika.
Di Jepang, karya patung dan lukisan yang tak terhitung banyaknya, seringkali di bawah sponsor pemerintah. Kebanyakan patung di Jepang dikaitkan dengan agama, dan seiring dengan berkurangnya peran tradisi Buddhisme, jenis penggunaan bahannya juga berkurang. Selama periode Kofun (abad ketiga), patung tanah liat yang disebut haniwa didirikan di luar makam. Di dalam Kondo yang berada di Horyu-ji terdapat Trinitas Shaka (623), patung Buddha yang berupa dua bodhisattva serta patung yang disebut dengan Para Raja Pengawal Empat Arah. Patung kayu (abad 9) mengambarkan Shakyamuni, salah satu bentuk Buddha, yang menghiasi bangunan sekunder di Muro-ji, adalah ciri khas dari patung awal periode Heian, dengan tubuh berat, dibalut lipatan draperi tebal yang dipahat dengan gaya hompa-shiki (ombak bergulung), serta ekspresi wajah yang terkesan serius dan menarik diri. Sekolah seni patung Kei, menciptakan gaya patung baru dan lebih realistik.

Seni Patung di Eropa

Romawi Yunani Klasik
Seni patung klasik Eropa merujuk pada seni patung dari zaman Yunani Kuno, Romawi kuno serta peradaban Helenisasi dan Romanisasi atau pengaruh mereka dari sekitar tahun 500 SM sampai dengan kejatuhan Roma di tahun 476 AD, istilah patung klasik juga dipakai untuk patung modern yang dibuat dengan gaya klasik. Patung-patung klasik Eropa memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
  1. Figur badan penuh: berupa laki-laki muda atletis atau wanita telanjang.
  2. Portrait: menunjukkan tanda-tanda usia atau karakter yang kuat.
  3. Memakai kostum serta atribut dewa-dewi klasik
  4. Peduli dengan naturalisme didasari dengan observasi, seringkali memakai model sungguhan.
Bentuk patung telanjang biasanya diterima secara luas oleh masyarakat, didasari pada lamanya tradisi yang mendukungnya. Tapi adakalanya, ada yang berkeberatan dengan tema ketelanjangan ini, biasanya dari kalangan fundamentalis moral dan relijius. 
 
Periode Gothik
Mata rantai yang menghubungkan seni, dalam hal ini adalah arsitektur, Eropa zaman pertengahan (Gothik) dengan seni arsitektur Romawi disebut dengan periode Romanesque. Karya seni patung Gothik awal adalah dari pengaruh agama Kristen, serta lahir dari dinding gereja dan biara. Patung yang terdapat di Chartres Cathedral (sekitar th. 1145) di Perancis merupakan karya patung awal zaman Gothik. Di Jerman, terdapat di Cathedral Bamberg dari tahun 1225. Di Inggris, karya patung hanya terbatas pada yang dipakai pada batu nisan serta dekorasi non figur (sebagian ini disebabkan karena ikonoklasme Cistercian). Di Italia, masih dipengaruh bentuk-bentuk zaman klasik, seperti yang terdapat pada mimbar Baptistery di Pisa serta di Siena.

Renaisans
Pada zaman renaisans, seni patung juga turut dihidupkan kembali, bahkan dalam beberapa kasus lebih dulu dibandingkan dengan karya seni lain. Salah satu tokoh penting dalam masa ini adalah Donatello, dengan karya patung perunggunya, David (jangan keliru dengan David-nya Michelangelo). Ini merupakan karya patung awal zaman Renaisans. Demikian juga dengan Michelangelo yang selain membuat patung David, juga membuat Pietà. Patung David dari Michelangelo merupakan satu contoh gaya kontraposto dalam menggambarkan figur manusia. Masih ada beberapa periode dari zaman renaisans ke modernisme yang dipengaruhi oleh perubahan politik, gerakan kebudayaan atau hal lain, yaitu periode mannerisme, baroque dan neo klasik.

Modernisme
Auguste Rodin merupakan salah satu pematung Eropa terkenal dari awal abad 20. Ia seringkali disebut sebagai seniman patung Impresionis. Seni patung modern klasik kurang berminat pada naturalisme, detail anatomi atau kostum dan lebih tertarik pada stilisasi bentuk, demikian juga pada irama volume dan ruang. Seiring dengan perkembangan waktu, gaya seni patung modern klasik kemudian diadopsi oleh dua penguasa totalitarian Eropa: Nazi Jerman dan Uni Soviet. Sementara di kawasan Eropa lain, gaya ini berubah menjadi bersifat dekoratif/art deco (Paul Manship, Carl Milles), stilisasi abstrak (Henry Moore, Alberto Giacometti) atau lebih ekspresif. Gerakan modernis dalam karya seni patung menghasilkan karya Kubisme, Futurisme, Minimalisme, Instalasi dan Pop art.

Seni Patung Kontemporer
. Di zaman sekarang dimana seni kontemporer mulai berkembang pesat, patung bisa menjadi semacam 'seni pertunjukan'. Misalnya di beberapa tempat seperti Tiongkok, Jepang, Kanada, Swedia dan Rusia diadakan festival patung es yang diselenggarakan secara berkala. Istilah patung kinetik dipakai untuk patung yang dirancang untuk bisa bergerak. Beberapa seniman yang membuat karya patung kinetik adalah: Marcel Duchamp, Alexander Calder, George Rickey dan Andy Warhol


Seni Patung di Indonesia
Seni patung di Indonesia berkaitan erat dengan perkembangan seni ukir. Berdasarkan sejarah, bangsa Indonesia mengenal seni ukir sekitar tahun 1500 Sm\M, yaitu pada zaman batu muda (Neolitik). Nenek moyang bangsa Indonesia membuat ukiran pada kapak batu, tempaan tanah liat dan bahan-bahan lain dengan motif dan pengerjaan yang sangat sederhana.
Bahan-bahan yang digunakan adalah tanah liat, batu, kayu, bambu, kulit, dan tanduk hewan. Motif yang dibuat masih berbentuk geometris berupa garis, titik, dan lengkungan. Seni ukir mulai berkembang pada zaman perunggu di tahun 500 hingga 300 SM yang sudah mengguankan bahan perunggu, emas, dan perak. Mereka bahkan telah mengenal teknik cor, dan memiliki variasi motif yang beragam.
Perkembangan seni ukir di Indonesia mulai berkembang pesat setelah masuknya agama Hindu, Budha, dan Islam. Pada masa itu, sebagai penghormatan terhadap Raja, maka dibuatlah ukiran pada candi-candi dan prasasti. Bahkan, ukiran juga ditemukan pada keris dan tombak, batu nisan, dan alat-alat kesenian (gamelan dan wayang).
Motif-mitif ini juga sering kali berkisah tentang para dewa dan pahlawan. Ketika seni ukir menemui masa keemasannya, barulah masyarakat mengenal seni oahat atau patung. Masyarakat sudah mulai berpikir ntuk menciptakan sesuau yang lebih indah dan menarik lagi. Tidak hanya mengukir, tapi membuat sebuah bentuk.

Perkembangan Seni Patung
Senipatung telah mengalami perkembangan yang pesat. Awalnya, fungsi dari seni patung hanya bersifat magis dan ritual. Namun, kini patung hanya berfungsi sebagai hasan.
Seni ini merupakan kesenian yang dikenal oleh berbagai masyarakat di Nusantara. Terlihat dari banyaknya patung dengan pahatan motif yang memberikan ciri tersendiri akan kesenian masing-masing daerah. Misalnya, pada ukiran kayu motif Pajajaran, Majapahit, Mataram, Pekalongan, Bali, Jepara, Madura, Cirebon, Surakarta, Yogyakarta, dan berbagai macam motif dari luar jawa.
Sayangnya, semenjak kemunculan seni rupa modern Indonesia ketika awal abad ke-20, seni patung mulai dipandang sebelah mata. Keberadaanyya kalah popler dengan seni lukis. Apalagi, ketika seni kontemporer di Indonesia mulai berkembang. Seni patung seperti terabaikan.
Padahal, perkembangan seni rupa kontemporer di Indonesia juga akibat peran dari seni patung. Pada tahun 1977, sebuah exhibition berjudul “Pameran Seni Patung Kontemporer Indonesia” diadakan. Itulah pertama kalinya kata “kontemporer” muai digunakan dan menjadi populer hingga sekarang.
Akan sayang sekali jika seni patung yang merupakan salah satu akar kesenian di Indonesia punah oleh zaman. Untuk itu pematung G. Sidharta Soegijo mulai memprakarsai berdirinya Asosiasi Pematung Indonesia (API) pada 7 Juli 2000. Beliau merupakan seniman yang menjadi pelopor Pameran Seni Paung Indonesia pada tahun 1977.

Pematung Indonesia
read more
2 komentar

SENI KRIYA


Seni kriya adalah cabang seni yang menekankan pada ketrampilan tangan yang tinggi dalam proses pengerjaannya. Seni kriya berasal dari kata “Kr” (bhs Sanskerta) yang berarti ‘mengerjakan’, dari akar kata tersebut kemudian menjadi karya, kriya dan kerja. Dalam arti khusus adalah mengerjakan sesuatu untuk menghasilkan benda atau obyek yang bernilai seni” (Prof. Dr. Timbul Haryono: 2002).
Menyimak pendapat Prof. SP. Gustami yang menguraikan bahwa; seni kriya merupakan warisan seni budaya yang adi luhung, yang pada zaman kerajaan di Jawa mendapat tempat lebih tinggi dari kerajinan. Seni kriya dikonsumsi oleh kalangan bangsawan dan masyarakat elit sedangkan kerajinan didukung oleh masyarakat umum atau kawula alit, yakni masyarakat yang hidup di luar tembok keraton. Seni kriya dipandang sebagai seni yang unik dan berkualitas tinggi karena didukung oleh craftmanship yang tinggi, sedangkan kerajinan dipandang kasar dan terkesan tidak tuntas. Bedakan pembuatan keris dengan pisau baik proses, bahan, atau kemampuan pembuatnya.
Lebih lanjut Prof. SP. Gustami menjelaskan perbedaan antara kriya dan kerajinan dapat disimak pada keprofesiannya, kriya dimasa lalu yang berada dalam lingkungan istana untuk pembuatnya diberikan gelar Empu. Dalam perwujudannya sangat mementingkan nilai estetika dan kualitas skill. Sementara kerajinan yang tumbuh di luar lingkungan istana, si-pembuatnya disebut dengan Pandhe. Perwujudan benda-benda kerajinan hanya mengutamakan fungsi dan kegunaan yang diperuntukkan untuk mendukung kebutuhan praktis bagi masyarakat (rakyat). (Prof. SP. Gustami, 2002) Pengulangan dan minimnya pemikiran seni ataupun estetika adalah satu ciri penanda benda kerajinan.
Dari beberapa pendapat yang telah dibahas sebelumnya menjelaskan bahwa wujud awal seni kriya lebih ditujukan sebagai seni pakai (terapan). Praktek seni kriya pada awalnya bertujuan untuk membuat barang-barang fungsional, baik ditujukan untuk kepentingan keagamaan (religius) atau kebutuhan praktis dalam kehidupan manusia seperti; perkakas rumah tangga. Contohnya dapat kita saksikan pada dari artefak-artefak berupa kapak dan perkakas pada jaman batu serta peninggalan-peninggalan dari bahan perunggu pada jaman logam berupa; nekara, moko, candrasa, kapak, bejana, hingga perhiasan seperti; gelang, kalung, cincin. Benda-benda tersebut dipakai sebagai perhiasan, prosesi upacara ritual adat (suku) serta kegiatan ritual yang bersifat kepercayaan seperti; penghormatan terhadap arwah nenek moyang.

Tumbuh dan berkembangnya kebudayan Hindu-Budha di Indonesia kemudian melahirkan kesenian berupa  seni ukir dengan beraneka ragam hias, dan patung perwujudan dewa-dewa. Dalam sistem sosial kemudian lahir sistem pemerintahan kerajaan yang berdasarkan kepada kepercayaan Hindu seperti kerajaan Sriwijaya di Sumatra, kerajaan Kutai di Kalimantan, kerajaan Tarumanagara di Jawa Barat, Mataram Kuno Jawa Tengah. Hingga kerajaan Majapahit di Jawa Timur dengan maha patih Gajah Mada yang tersohor, yang kemudian membawa pengaruh Hindu ke Bali. Seni ukir tradisional masih diwarisi hingga saat ini.

Kehadiran kriya pada jenjang pendidikan adalah sebuah upaya mengangkat kriya dari hanya sebagai artefak, untuk menjadikannya sebagai seni yang masih bisa eksis dan terhormat sekaligus mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan jaman. Dalam perkembangan selanjutnya sejalan dengan perkembangan jaman, konsep kriyapun terus berkembang. Perubahan senantiasa menyertai setiap gerak laju perkembangan zaman, praktek seni kriya yang pada awalnya sarat dengan nilai fungsional, kini dalam prakteknya khususnya di akademis seni kriya mengalami pergeseran orientasi penciptaan. Kriya kini adalah seni kerajinan tangan manusia yang diciptakan untuk memenuhi kebutuhan peralatan kehidupan sehari-hari dengan tidak melupakan pertimbangan artistik dan keindahan.
Unsur Karya Seni Kriya
1. Utility atau aspek kegunaan
Ø Security yaitu jaminan tentang keamanan orang menggunakan barang-barang itu.
Ø Comfortable, yaitu enaknya digunakan. Barang yang enak digunakan disebut barang terap. Barang-barang terapan adalah barang yang memiliki nilai praktis yang tinggi.
Ø Flexibility, yaitu keluwesan penggunaan. Barang-barang seni kriya adalah barang terap yaitu barang yang wujudnya sesuai dengan kegunaan atau terapannya. Barang terap dipersyaratkan memberi kemudahan dan keluwesan penggunaan agar pemakai tidak mengalami kesulitan dalam penggunaannya.
2. Estetika atau syarat keindahan
Sebuah barang terapan betapapun enaknya dipakai jika tidak enak dipandang maka pemakai barang itu tidak merasa puas. Keindahan dapat menambah rasa senang, nyaman dan puas bagi pemakainya. Dorongan orang memakai, memiliki, dan menyenangi menjadi lebih tinggi jika barang itu diperindah dan berwujud estetik.
Fungsi dan Tujuan Pembuatan Seni Kriya
1. Sebagai benda pakai, adalah seni kriya yang diciptakan mengutamakan fungsinya, adapun unsur keindahannya hanyalah sebagai pendukung. Berikut adalah contoh seni kriya yang siap pakai (fungsional)
·       Kursi dan meja (Kriya kayu)
·       cangkir dan teko (Kriya keramik)
·       Sarung bantal kursi (Kriya tekstil)
·       Tas, ikat pinggang, sepatu dll (Kriya kulit)







2. Sebagai benda hias, yaitu seni kriya yang dibuat sebagai benda pajangan atau hiasan. Jenis ini lebih menonjolkan aspek keindahan daripada aspek kegunaan atau segi fungsinya. Berikut adalah contoh-contoh karya seni kriya yang berfungsi sebagai benda pajangan :
·       Topeng kayu (Kriya kayu)
·       Patung kayu (Kriya kayu)
·       Ukiran (Kriya kayu dan logam)
·       Guci (Kriya keramik)
·       Makram (Kriya tekstil) dan lain-lain



3. Sebagai benda mainan, adalah seni kriya yang dibuat untuk digunakan sebagai alat permainan. Berikut adalah beberapa macam contoh karya seni kriya yang berfungsi sebagai benda mainan
·       Dakon (Kriya kayu)
·       Yoyo (Kriya kayu)
·       Wayang (Kriya kulit)
·       Boneka dll (Kriya tekstil)

Jenis-jenis Seni Kriya di Nusantara
1.     Seni kerajinan kulit, adalah kerajinan yang menggunakan bahan baku dari kulit yang sudah dimasak, kulit mentah atau kulit sintetis. Contohnya: tas, sepatu, wayang, dompet, jaket, dan lain-lain.










  
2.  Seni kerajinan logam, ialah kerajinan yang menggunakan bahan logam seperti besi, perunggu, emas, perak. Sedangkan teknik yang digunakan biasanya menggunakan sistem cor, ukir, tempa atau sesuai dengan bentuk yang diinginkan. Contohnya pisau, barang aksesoris, dan lain-lain.

 
Teknik cetak pada waktu itu ada dua macam:
Teknik Tuang Berulang (Bivalve)
     Teknik bivalve disebut juga teknik menuang berulang kali karena menggunakan dua keeping cetakan terbuat dari batu dan dapat dipakai berulang kali sesuai dengan kebutuhan (bi berarti dua dan valve berarti kepingan). Teknik ini digunakan untuk mencetak benda-benda yang sederhana baik bentuk maupun hiasannya.
Teknik Tuang Sekali Pakai (A Cire Perdue)
     Teknik a cire perdue dibuat untuk membuat benda perunggu yang bentuk dan hiasannya lebih rumit, seperti arca dan patung perunggu. Teknik ini diawali dengan membuat model dari tanah liat, selanjutnya dilapisi lilin, lalu ditutup lagi dengan tanah liat, kemudian dibakar untuk mengeluarkan lilin sehingga terjadilah rongga, sehingga perunggu dapat dituang ke dalamnya. Setelah dingin cetakan tanah liat dapat dipecah sehingga diperoleh benda perunggu yang diinginkan. 






3. Seni ukir kayu, yaitu kerajinan yang menggunakan bahan dari kayu yang dikerjakan atau dibentuk menggunakan tatah ukir. Negara Indonesia merupakan daerah tropis yang sebagian besar wilayahnya diisi oleh lautan dan juga hutan. Hutan yang tersebar di banyak tempat di Indonesia tentu menjadi keuntungan tersendiri bagi kerajinan kriya ini. Kriya ukiran memang lebih banyak menggunakan bahan baku kayu sebagai komposisi utamanya. Kayu yang biasanya digunakan adalah: kayu jati, mahoni, waru, sawo, nangka dan lain-lain. Contohnya mebel, relief dan lain-lain.
Dilihat dari jenisnya, ada beberapa jenis ukiran antara lain ukiran tembus (krawangan), ukiran rendah, Ukiran tinggi (timbul), dan ukiran utuh. Karya seni ukir memiliki macam-macam fungsi antara lain:
a. Fungsi hias, yaitu ukiran yang dibuat semata-mata sebagai hiasan dan tidak memiliki makna tertentu.
b. Fungsi magis, yaitu ukiran yang mengandung simbol-simbol tertentu dan berfungsi sebagai benda magis berkaitan dengan kepercayaan dan spiritual.
c. Fungsi simbolik, yaitu ukiran tradisional yang selain sebagai hiasan juga berfungsi menyimbolkan hal tertentu yang berhubungan dengan spiritual.
d. Fungsi konstruksi, yaitu ukiran yang selain sebagai hiasan juga berfungsi sebagai pendukung sebuah bangunan.
     e. Fungsi ekonomis, yaitu ukiran yang berfungsi untuk menambah nilai jual suatu benda.
Pahat sebagai peralatan pokok terdiri beberapa jenis yaitu:
(a) Pahat Kuku, pahat ini berjumlah sekitar 20 batang dengan berbagai  ukuran, pahat ini digunakan untuk memahat bagian-bagian yang melengkung.
(b) Pahat lurus (Pengancap) berjumlah sekitar 10 batang dengan berbagai ukuran, pahat ini digunakan untuk memahat bagian yang lurus.
(c) pahat Col/penatar berjumlah 4 batang, digunakan untuk meratakan bagian dasar ukiran yang mencorok kedalam yang tidak dapat dijangkau oleh pahat lurus.
(d) Pahat setengah lingkaran berjumlah 3 batang berbagai ukuran, digunakan untuk memahat bagian motif lengkung dan mencorok kedalam yang tidak dapat dijangkau oleh pahat kuku.
      (e) Pahat miring 2 batang, digunakan untuk meraut dan memahat pada bagian-bagian sudut.
Perawatan pahat ukir kayu meliputi :
    -Penggunaan yaitu pahat harus digunakan sesuai dengan fungsinya, misalnya pahat kuku harus digunakan untuk memahat bagian yang lengkung, cembung, cekung. Penggunaan pahat yang tidak sesuai dengan fungsinya akan merusak mata pahat.
   -Cara Mengasah yaitu agar dalam mengasah mata pahat tidak berubah dan pahat menjadi lebih tajam, oleh karena itu masing-masing pahat ada cara tersendiri dalam mengasah, misalnya pahat kuku diasah pada sisi sudut batu asah, dan dimulai dari pahat yang paling kecil sampai pada pahat yang paling besar. Pahat lurus diasah pada permukaan batu asah yang datar dimulai dari pahat yang paling besar sampai pahat yang paling kecil.Pahat miring diasah pada permukaan batu asah yang datar menuju ke sudut, diputar-putar pada permukaan batu asah. Pahat segitiga diasah hanya pada bagian luar saja agar bentuk mata pahat tidak berubah. Pahat col diasah pada permukaan batu asah yang datar bergantian bagian bawah dan atas. Dan pahat cengkrong diasah dengan cara sama seperti pahat kuku.
   -Kebersihan Pahat. Sebelum dan sesudah pemakaian pahat harus dibersihkan dari kotoran dan debu agar pahat tidak mudah tumpul. Penyimpanan pahat harus dipisahkan berdasarkan jenisnya agar mata pahat tidak menyentuh pahat lain, dan untuk menjaga agar pahat tidak berkarat sesekali harus diminyaki dengan minyak kelapa atau minyak pelumas lainnya.







4.  Seni kerajinan anyaman, kerajinan ini biasanya menggunakan bahan rotan, bambu, daun lontar, daun pandan, serat pohon, pohon pisang, enceng gondok, dll. Contohnya: topi, tas, keranjang dan lain-lain. 







5.   Seni kerajinan batik, yaitu seni membuat pola hias di atas kain dengan proses teknik tulis (casting) atau teknik cetak (printing). Kerajinan batik telah dikenal lama di Nusantara. Akan tetapi kemunculannya belum diketahui secara pasti. Proses pembuatannya adalah dengan cara menambahkan lapisan malam dan kemudian diproses dengan cara tertentu atau melalui beberapa tahapan pewarnaan dan tahap nglorot yaitu penghilangan malam.
  1. Alat dan bahan yang dipakai untuk membatik pada umumnya sebagai berikut:
a. Kain polos, sebagai bahan yang akan diberi motif (gambar). Bahan kain tersebut umumnya berupa kain mori, primissima, prima, blaco, dan baju kaos.
b. Malam, sebagai bahan untuk membuat motif sekaligus sebagai perintang masuknya warna ke serat kain (benang).
c. Bahan pewarna, untuk mewarnai kain yaitu naptol dan garam diasol.
d. Canting dan kuas untuk menorehkan lilin pada kain.
e. Kuas untuk nemboki yaitu menutup malam pada permukaan kain yang lebar.
Sesuai dengan perkembangan zaman, saat ini dikenal beberapa teknik membatik antara lain:
a. Batik celup ikat, adalah pembuatan batik tanpa menggunakan malam sebagaia bahan penghalang, akan tetapi menggunakan tali untuk menghalangi masuknya warna ke dalam serat kain. Membatik dengan proses ini disebut batik jumputan.
b. Batik tulis adalah batik yang dibuat melalui cara memberikan malam dengan menggunakan canting pada motif yang telah digambar pada kain.
c. Batik cap, adalah batik yang dibuat menggunakan alat cap (stempel yang umumnya terbuat dari tembaga) sebagai alat untuk membuat motif sehingga kain tidak perlu digambar terlebih dahulu.
d. Batik lukis, adalah batik yang dibuat dengan cara melukis. Pada teknik ini seniman bebas menggunakan alat untuk mendapatkan efek-efek tertentu. Seniman batik lukis yang terkenal di Indonesia antara lain Amri Yahya.
e. Batik modern, adalah batik yang cara pembuatannya bebas, tidak terikat oleh aturan teknik yang ada. Hal tersebut termasuk pemilihan motif dan warna, oleh karena itu pada hasil akhirnya tidak ada motif, bentuk, komposisi, dan pewarnaan yang sama di setiap produknya.
f. Batik printing, adalah kain yang motifnya seperti batik. Proses pembuatan batik ini tidak menggunakan teknik batik, tetapi dengan teknik sablon (screen printing). Jenis kain ini banyak dipakai untuk kain seragam sekolah.
Daerah penghasil batik yang terkenal : Pekalongan, Solo, Yogyakarta, Rembang dan Cirebon. 

Batik Madura



Batik Pekalongan


Batik Solo




6. Seni kriya bordir. Tahap pekerjaan secara garis besar dibagi menjadi 10 macam :
       - Menyediakan dan menyiapkan alat-alat yang diperlukan
 - Menyiapkan dan membuat desain motif
       - Memindah atau menjiplak desain motif pada kain yang hendak dibordir
       - Memasang kain yang sudah diberi motif pada ring.
       - Memilih, menentukan dan memasang benang bordir pada mesin bordir
       - Menyiapkan, memeriksa dan menggerakkan mesin bordir yang hendak kita pakai
       - Membuat bordiran sesuai dengan motif pada kain
       - Membuat krawang dengan alat solder apabila krawang tidak dibuat langsung dengan mesin bordir
       - Membersihkan sisa-sisa benang bordir yang melekat dibalik permukaan kain yang sudah dibordir
 - Menyetrika hasil bordiran agar kelihatan bagus 


 
7.  Seni kerajinan keramik, adalah kerajinan yang menggunakan bahan baku dari tanah liat yang melalui proses sedemikian rupa (dipijit, butsir, pilin, pembakaran dan glasir) sehingga menghasilkan barang atau benda pakai dan benda hias yang indah. Contohnya: gerabah, piring dan lain-lain. Teknik yang umumnya digunakan pada proses pembuatan keramik diantaranya:
a. Teknik coil (lilit pilin)
b. Teknik tatap batu/pijat jari
c. Teknik slab (lempengan)
Cara pembentukan dengan tangan langsung seperti coil, lempengan atau pijat jari merupakan teknik pembentukan keramik tradisional yang bebas untuk membuat bentuk-bentuk yang diinginkan. Bentuknya tidak selalu simetris. Teknik ini sering dipakai oleh seniman atau para penggemar keramik.
d. Teknik putar
Teknik pembentukan dengan alat putar dapat menghasilkan banyak bentuk yang simetris (bulat, silindris) dan bervariasi. Cara pembentukan dengan teknik putar ini sering dipakai oleh para pengrajin di sentra-sentara keramik. Pengrajin keramik tradisional biasanya menggunakan alat putar tangan (hand wheel) atau alat putar kaki (kick wheel). Para pengrajin bekerja di atas alat putar dan menghasilkan bentuk-bentuk yang sama seperti gentong, guci dll
e. Teknik cetak
Teknik pembentukan dengan cetak dapat memproduksi barang dengan jumlah yang banyak dalam waktu relatif singkat dengan bentuk dan ukuran yang sama pula. Bahan cetakan yang biasa dipakai adalah berupa gips, seperti untuk cetakan berongga, cetakan padat, cetakan jigger maupun cetakan untuk dekorasi tempel. Cara ini digunakan pada pabrik-pabrik keramik dengan produksi massal, seperti alat alat rumah tangga piring, cangkir, mangkok gelas dll



Disamping cara-cara pembentukan diatas, para pengrajin keramik tradisonal dapat
membentuk keramik dengan teknik cetak pres, seperti yang dilakukan pengrajin
genteng, tegel dinding maupun hiasan dinding dengan berbagai motif seperti binatang
atau tumbuh-tumbuhan

















read more